Kamis, 17 Juni 2010

Penentram Jiwa saat Mabuk Asmara

Novel Tamasya di Taman Cinta

Novel Tamasya di Taman Cinta

CINTA, memang sebuah tema yang nggak ada matinya. Di manapun, kapan pun, dan oleh siapapun akan selalu menarik untuk diperbincangkan. Sebab, cinta merupakan fitrah yang diberikan kepada manusia. Cinta bukan barang terlarang ataupun tercela. Namun, bolehkah cinta dibiarkan liar begitu saja?

Sejarah telah terhiasi dengan berjuta kisah cinta. Tanpa mengenal usia dan massa, cinta hinggap di setiap manusia, karena seseorang tiada bisa hidup tanpanya. Banyak yang berakhir tragis, pilu seperti hati tersayat sembilu. Tapi ada juga yang berakhir bahagia dengan senyum merekah, menghiasi setiap sudut kehidupan.

Tamasya di Kota Cinta ini adalah sebuah realita manusia yang hari ini jauh terperosok ke jurang kenistaan diakibatkan cinta. Bukankah begitu? Mereka telah terbang tinggi karena dimabuk cinta dan dirundung asmara. Apalagi, genderang pergaulan bebas telah ditabuh begitu kerasnya, membuat manusia semakin lupa daratan dan mempertuhankan hawa nafsu atas nama cinta. Sehingga setan pun semakin bertepuk tangan kegirangan karena berhasil menjauhkan manusia dari fitrahnya. Ya..kan?

Semakin populernya jejaring pertemanan seperti sekarang; friendster, myspace, dan facebook, juga memberikan andil besar serta memudahkan setan melemparkan jaring-jaring perangkapnya. Bak mata uang yang bermuka dua, jejaring sosial pertemanan yang memiliki seribu satu manfaat dari satu sisi, namun memiliki berjuta mudharat di sisi lain.

Sebuah kasus seperti yang terdapat dalam buku ini. Kasus yang menimpa Putri bukan nama sebenarnya, seorang gadis remaja berumur 15 tahun yang harus kehilangan ‘’mahkotanya’’, setelah dia terjebak dalam gelapnya dunia maya. Dia tertipu oleh rayuan seorang pria berumur 32 tahun yang dikenalkan melalui situs jejaring sosial. Berawal dari perkenalan melalui dunia maya, hubungan mereka berlanjut hingga dalam dunia nyata dan berakhir dalam jurang kenistaan.

Bahkan, 700 tokoh muslim di Surabaya menghawatirkan keberadaan facebook, dan mendesak ulama Jatim untuk mengeluarkan fatwa dalam menyikapi maraknya pengunaan facebook tersebut. Mereka menilai menjamurnya jejaring sosial tersebut dirasa akan memberikan dampak negatif bagi umat muslim di Indonesia, dan dapat digunakan untuk transaksi seks terselubung.

Dalam buku ini penulis juga menyo-roti tentang maraknya jejaring sosial dan dampak negatifnya dalam masyarakat muslim apalagi di kalangan pemuda. Buku ini sangat gamblang dalam membedah apa itu cinta? Bagaiman menyikapinya dan mengendalikannya?

Buku ini diawali dengan uraian memesona yang mengembuskan semilirnya angin cinta yang membuai, dengan selingan kisah-kisah percintaan dari generasi ke generasi yang menghadirkan romantisnya orang-orang yang dilanda asmara. Tersebutlah Qais yang tergila-gila dengan Laila, dan juga Qais yang rela mati demi kekasihnya Lubha. Selain itu, buku ini pun dihiasi dengan syair-syair romantis percintaan yang sering didendangkan oleh orang-orang yang dimabuk cinta.

Mengapa bisa demikian? Buku ini akan mengajak Anda menguak misteri cinta. Berkelana mengenal cinta lebih dalam. Tentang keindahannya, bahayanya, hal-hal yang dapat merusaknya, hingga kisah tragis dan bahagia orang-orang yang dibuai cinta. Asyik, dahsyat dan mendebarkan! Selamat menikmati!***

Edi Sarjani
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Unri, bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Pekanbaru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar